Wilujeng Sumping

Ulah mopohokeun diri maneh nu asal !!!!

Rabu, 21 September 2011

Jati diri Manusia

I. Pendahuluan
Memahami manusia melalui akal manusia saja akan menyebabkan kesesatan. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai berbagai keterbatasan dalam memahami dan mengenal dirinya dengan benar. Selain itu, sifat sombong dan merasa dirinya hebat adalah sifat manusia yang menghalanginya untuk mencapai kebenaran hakiki. Kesalahan yang terjadi pada berbagi teori tentang manusia tidak diakui oleh para pencetusnya. Bahkan sebagian besar pengikutnya tetap mendukung teori yang salah itu dengan menjadikannya sebagai landasan kehidupan, rujukan dan model gaya hidup manusia untuk saat ini. Hal ini mengakibatkan munculnya kerusakan dimana-mana.   
Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal dan jasad. Potensi manusia memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding makhluk lainnya. Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad manusia beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di muka bumi. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang sesuai.
Setelah mengenal Allah sebagai pencipta manusia, maka untuk memantapkan keyakinan kepada Allah diperlukan pengenalan kepada manusia.
II. Proses Penciptaan Manusia
Hal-hal yang diperlukan dalam proses penciptaan manusia adalah sebagai berikut:
1. Manusia diciptakan oleh Allah dengan proses yang sangat menakjubkan. QS. Al Mu’minuun (23) :12-14
2. Selama hidupnya manusia mengalami beberapa masa. QS. Al Hajj (22) : 5
3. Kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia:
a. Diangkat sebagai khalifah di muka bumi. QS. Al Baqarah (2) : 30-32
b. Diberikan bentuk yang terbaik. QS. At Tiin (95) : 4, QS. At Taghaabun (64): 3
c. Dilengkapi dengan perangkat yang menunjang. QS. As Sajdah (32) : 8-9, QS. Al Israa (17) : 70
d. Diberikan kekuasaan untuk menundukkan alam. QS. Al Jaatsiyah (45) : 12-13, QS. Luqman (31) : 20
III. Potensi Manusia
Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara alam. Khalifah adalah yang diamanahkan untuk membangun dan memelihara alam, bukan sebagai pemilik segalanya. Khalifah harus menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, bukan membuat jalan sendiri dan tidak menentang peraturan-peraturan yang telah diperintahkan.
Potensi yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:
1. At Thoqoh (potensi)
Allah SWT memberikan kelebihan dan keutamaan kepada manusia dengan pendengaran (As Sam’u), penglihatan ( Al Bashor) dan hati (Al Fu’ad), QS. Al Mulk (67) : 23
Potensi ini kadang tidak disyukuri manusia. Bahkan ia sering menggunakan matanya untuk melihat yang haram, serta hati yang digunakan untuk membenci, dendam dan berprasangka buruk kepada orang lain. Pernahkah kita membayangkan seandainya kita tidak dapat melihat atau mendengar, hal ini tentu akan menyusahkan kita.
Penglihatan, pendengaran dan hati diberikan oleh Allah SWT untuk mengantarkan manusia memahami apa yang Allah perintahkan dan membawanya ke surga. Dengan tidak digunakan potensi yang telah Allah berikan, maka mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka menjadi orang-orang yang lalai. Bahkan Allah telah jadikan neraka jahanam untuk kebanyakan dari jin dan manusia, karena mereka tidak memanfaatkan potensi yang telah dianugerahkan Allah untuk hal-hal yang diperintahkan-Nya. Sehingga patutlah kita bersyukur kepada Allah dengan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. (QS. Al A’raaf (7) : 179)
2. Al Mas’uliyah (kepemimpinan)
Manusia dengan kelebihan dan potensi yang diterimanya perlu bertanggung jawab dan menyadari tugas serta peranannya. Tugas tersebut adalah beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian, tidak semua manusia bersedia menerima tugas ini. Sebagian ada yang menerima dan sebagian lagi menolaknya. (QS. Al Baqarah (2) : 21, QS. Adz Dzaariyaat (51) : 56)
3. Al Amanah (Amanah)
Manusia telah ditawarkan oleh Allah sebuah amanat untuk menjadi khalifah, yang kemudian diterima oleh manusia untuk memikul amanat tersebut.
Langit, bumi dan gunung-gunung menolak amanat tersebut, tetapi manusia menerimanya. Amanat merupakan beban dan sekaligus suatu tanggung jawab bagi yang menerima amanat. Amanat yang diterima oleh manusia adalah  amanat kekhalifahan. (QS. Al Ahzab (33) : 72, QS. An Nuur (24): 55, QS. Al Fath (48) : 29)
IV. Bekal Hidup Manusia
Allah memberikan tiga bekal hidup manusia, yaitu:
1. Potensi Jasmani
Allah menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. (QS. Al Mulk (67) : 15, QS. Ibrahim (14) ; 32-34, QS. Al Jaatsiyah (45) : 13).
2. Potensi Akal
Allah menciptakan akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar manusia dapat memahami/memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya berupa memakmurkan bumi (sebagai khalifah). (QS. Al Baqarah (2) : 31, QS. An Naml (16) : 78, QS. Al Israa (17): 12, QS. Al ‘Alaq (96):1-5)
3. Potensi Ruh
Allah menciptakan manusia yang membutuhkan petunjuk dan hidayah agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan di akhirat. (QS. An Nahl (16) : 36)
Referensi :
1. Ma’rifatul Insan, DR. Irwan Prayitno
2. Modul Rohani Islam Asy Syifaa, Bid. Da’wah Lembaga Pembinaan Generasi Muslim


Ada Dua Aku Dalam Diri Manusia..
Menanggapi tulisan pak Katedra tentang “Aku siapa, dan siapa Aku,? kemudian ada tanggapan yang menyatakan setelah mati, fisik kembali menjadi tanah, dan roh masuk sorga, lalu “Aku Kemana,.?” Untuk menjawab kedua peretanyaan diatas memerlukan penjelasan yang lebih dalam.
Manusia saya umpamakan seperti seorang penari ” Legong” naik ditas panggung, menari sesuai dengan irama gambelan, ditonton oleh banyak orang. Setelah tariannya selesai, penari turun panggung, pakain legongnya dilepas, ganti pakain dengan baju kaos dan jelana jeans, lalu keluar dari kamar ganti . Penonton bertanya, “legongnya kemana,..?
Pertanyaan pak Katedra diatas, sama dengan pertanyaan penonton, mana legongnya,..? aku ini siapa, siapa aku ini,..? kalau orang mati, artinya tariannya sudah selesai, pakain legongnya masuk rancel, penarinya pakai kaos dan jeans, lalu legongnya kemana,..?
Legong adalah suatu kepribadian “semu” dia hanya ada sesaat pada waktu pentas diatas panggung. Kalau pak Katedra bertanya “Aku Ini Siapa,..? sama dengan legong bertanya diatas panggung , aku adalah legong, lalu “Ayu ” kemana,..? Ayu adalah nama penarinya.
Pak Katedra adalah seorang penari legong yang sedang kebingungan diatas panggung, dia bertanya, aku ini legong atau katedra. Kita semua yang berada dalam “alam maya” ini adalah penari-penari yang sedang menari diatas panggung.. Semua yang anda lihat dengan “mata maya” anda adalah semu. Pohon2, gedung2 bertingkat, semuanya adalah dekorasi alam maya, setelah pesta selesai semua dekorasi itu akan dimusnahkan.
Penari2 yang tidak menyadari dirinya yang asli, menyebutkan “selesainya pesta” disebut hari kiamat, karena semua penari kembali kepada jati dirinya. Selanjutnya timbul pertanyaan siapa sebenarnya “jati diri manusia” Sama dengan pertanyaan penari Legong, siapa Ayu?
Pada watu selesai pesta, mereka yang mengenal jati dirinya, misalnya Ayu kembali memakai pakaian jean dan baju kaos, tetapi penari lainnya yang tidak mengenal jati dirinya, tetap memakai pakain penari disimpan dalam peti bersama dekorasi panggung, artinya mereka dikembalikan kepada alam material, yaitu alam kegelapan yang disebut neraka, tetap Ayu yang sadar akan dirinya berada dalam alam kesadaran yang disebut Sorga.
Kita ambil contoh almarhum Sukarno dan Suharto. Pada akhir pentasnya, mereka sadar kostum penarinya akan dilepas, pak Harto pernah bilang, akan menjadi pandito, tetapi pak karno memang sudah menjadi pandito, yaitu orang yang mengenal jati dirinya, seperti para resi2 jaman dulu. Kondisi pandito itu ditunjukkan oleh sikap beliau yang logowo menerima kenyataan, beliau sudah melepas kostum Sukarno, maupun Suharto pada akhir pentasnya
Pada waktu kostum Sukarno dan Suharto dilepas, beliau memakai kostum aslinya yaitu kesadaran, mereka menyatu dalam alam kesadaran yang disebut sorga. Beda dengan Basyir, sudah tua masih menghujat dan mendendam, batinnya dipenuhi oleh kedengkian, sehinga sangat sulit untuk mengenal jati dirinya. Akhir pesta dia idak bisa melepas kostumnya, sudah melekat kuat pada jati dirinya, sehingga dia dikubur bersama kostumnya di alam kegelapan.
Kembali kepada pak Katdra yang sudah berusaha mencari jati dirinya, adalah usaha yang bagus, diatas pentas kita tetap menari mengikuti irama gambelan, tetapi kta harus tetap jaga kesadaran kita, orang jawa bilang kita harus tetap “Eling”
Untuk menemukan jati diri itu, satu-satunya cara yang saya tahu ialah menyelami diri sendiri, masuk kedalam keheningan bathin yang paling dalam, hal ini disebut “Meditasi” Yesus sebut jalan sempit. Jalan lebar ialah sembahyang atau berdoa yang diajarkan agama hakikatnya ialah menghirup udara sorga, manfaatnya ialah membersihkan bathin, merupakan langkah awal untuk mencari jati diri. Sama dengan tingkat TK, menyanyi dan bermain adalah langkah awal belajar bagi anak2. Kalau sampai tua kita hanya menyanyi dan bermain, kapan kita akan menjadi sarjana,.? (madeteling@plasa.com)

Liku-liku kehidupan yang kita jalani dalam kehidupan hanyalah semu. Gagsan-gagasan tentang liku-liku kehidupan yang masih menempel di dalam hati bisa menyebabkan kegelapan kalbu. Jika hati menjadi gelap, tidak mungkin dapat memancarkan cahaya. Sinar keimanan tidak dapat menembus hati, dan hatipun menjadi gelap.

Agar hati dapat bercahaya dan dapat mengenal keajaiban-keajaiban Allah maka yang harus diperhatikan adalah goresan tentang dunia yang dipandang oleh mata yang kemudian menempel di dalam hati haruslah disingkirkan. Hal itu merupakan belenggu nafsu. Selama nafsu membelenggu hati, maka jangan diharapkan sampai kepada Allah. Jangan berharap dapat melihat keajaiban-keajaiban yang menjadi milik Allah.

Hendaklah kita membersihkan jiwa dari kesalahan-kesalahan baik kesalahan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Orang yang mempunyai kesalahan diibaratkan dia sedang menanggung junub, yaitu hadas besar yang dapat disucikan bila yang bersangkutan mandi terlebih dahulu. Adapun mandi dari kesalahan adalah dengan bertaubat.

Orang yang mengharapkan ilmu Allah, yang mana dengan ilmu itu dapat menyingkap segala hal yang gaib haruslah bertaubat dan bertaqwa. Orang yang bertaqwa tidak mungkin melakukan perbuatan buruk dan rendah. Karena taqwa dan perbuatan maksiat merupakan dua hal yang bertolak belakang. Maka mustahil dua hal itu dapat bertemu.

Janganlah kita menuruti keinginan-keinginan yang melantur setinggi langit. Gagasan atau keinginan yang bermuara pada penguasaan harta benda, kenikmatan dan jabatan duniawi. Jika kita mengumbar keinginan yang sejatinya memiliki nilai rendah, maka tak mungkin dapat menajamkan mata hati kita. Dan jangan harap menggunakan mata hati untuk menyikap perkara gaib. Oleh karena itu hakekat dunia tidak dapat di dekati dari luar, sebab pendekatan dari luar hanya memberi pengetahuan yang tampak saja, tidak memberi pengetahuan tentang hakekat dunia itu. Jikalau kita ingin tahu tentang hakekat yang sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri.

Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan sadar dan mengerti tentang kemampuan, karakter, potensi dan kekurangan yang dimiliki di bumi mana ia bertempat serta berdiam diri. Dengan pencapaian kesadaran itu pula, setiap individu yakin akan adanya kekuatan, kekuasaan Maha Besar yang berada jauh dibandingkan dengan dirinya.

Dialah Allah Tuhan pencipta alam, sumber dari segala yang tiada menjadi ada. Tidak dapat dilihat sebab tak berwujud seperti alam dan manusia. Namun dapat dirasakan melalui hati, akal dan fikiran bahwa segala sesuatunya tercipta tidaklah terjadi secara kebetulan. Semuanya melalui proses tiada sebelum ada. Keberadaan alam dan manusia adalah bukti adanya Allah. Ada atau tidak adanya alam dan manusia, Allah tetap ada. Hanya saja, kita mengetahui adanya Allah setelah kita ada.

Keabadian dan kesempurnaan hanya milik Allah. Karena Allah bukan seperti alam dan manusia yang diproses. Teori abiogenesis dan biogenesis dapat kita jadikan untuk menelusuri dan menjelajahi jejak pemula dan kelanjutannya dari penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa.
Adam diciptakan dari tanah, Hawa diciptakan dari bagian dirinya sendiri, tulang rusuk Adam. Dari sini populasi perkembangan manusia dimulai, bermigrasi, bertransisi, hilang punah dan berganti. Setelah hampir seluruh bumi terisi dan didiami oleh manusia, terbentanglah pemandangan keragamanan dan perbedaan diantara sesama makhluk yang namanya manusia. Fisiknya, kultur dan bahasanya, bahkan sampai kepada warna kulitnya. Semuanya merupakan penampakan yang tak terlepas dari asal mula kejadian yang paling awal.

Rabu, 07 September 2011

"Find a haram livelihood is difficult, moreover a halal?".

           That phrase was said when He has felt reality of life they were living was so bitter and painful. Until they despair and finally get into in underworld such being a thief and prostitute. Indeed, will not a little from them a ended his life. They only think that it's the only path that will lead them to survive and get out from these problem a they feel was so complicated.             Whereas in fact not so, all of that is described by Allah Almighty through the word in Surat al-Baqoroh ayat 286, a means: "Allah will not impose on a person but rather in accordance with his capacity.
According by the Word of Allah above is described that as heavy as of any trials facing us, it will not exceed capability of us. Therefore, we should not despair in facing the complicated reality of life. But, we should live our lives by a smoldering spirit and full of sincerity accompanied by faith to Allah.
The real trial is a valuable opportunities for us to reach the happiness in world as well as in the Hereafter.

Seni Musik " Calung"

 CALUNG

SEJARAH
Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang calung, dimana calung dikenal sebagai alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai angklung adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung dan calung mirip sama; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Calung dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. oleh anak - anak pada waktu itu.
Asal usul terciptanya musik bambu calung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya.Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).
Perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengolah pertanian (tatanen) terutama di sawah dan huma telah melahirkan penciptaan syair dan lagu sebagai penghormatan dan persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci, serta upaya nyinglar (tolak bala) agar cocok tanam mereka tidak mengundang malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya. Syair lagu buhun untuk menghormati Nyi Sri Pohaci tersebut . Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama dan calung.
Perkembangan selanjutnya dalam permainan calung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis (ber-wirahma) dengan pola dan aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi pada waktu mengarak padi ke lumbung (ngampih pare, nginebkeun), juga pada saat-saat mitembeyan, mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ngaseuk. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan dan calung.

PENGERTIAN

 Jika ditinjau dari hasil karya seni, kata “calung” memiliki dua arti, yaitu sebagai alat karawitan (waditra) dan sebagai Seni Pertunjukan.Pengertian Calung, sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam Kamus Umum Basa Sunda, terbitan Lembaga Basa dan Sastra Sunda, artinya “tatabeuhan tina awi guluntungan, aya nu siga gambang, aya nu ditiir sarta ditakolannana bari dijingjing”.Bahan baku pembuatan calung mempergunakan bambu. Bambu yang biasa dipergunakan untuk membuat calung adalah bambu wulung atau dikenal nama awi wulung yang berwarna hitam atau putih.

              Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan.
Teknik baku atau dasar membunyikan Calung adalah dipukul dengan mempergunakan alat pukul (ditakol). Tangan kiri memegang sematnya dan tangan kanan memukul batang-batang calung sesuai dengan nada yang diinginkan. Bagian yang dipukul adalah bidang depan (beungeut), sedangkan yang dipukulny pas di tengah-tengah antara ujung puhu dan lubang simpul pada bagian congo. Calung biasanya dimainkan oleh empat pemain, dimana setiap pemain mempunyai fungsi calung yang berbeda, yaitu sebagai kingking, panepas, jongong dan gonggong yang dalam menghasilkan suaranada yang berbeda-beda.

JENIS-JENIS CALUNG

Berdasarkan modelnya, calung memiliki ragam bentuk dan jenisnya, diantaranya : Calung Rantay, Gambang Calung, Gamelan Calung dan Calung Jingjing yang saat ini banyak dikenal oleh masyarakat dengan nama Calung saja.

Ø  Calung Rantay
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.

Ø  Calung Jinjing
Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek dan solorok.

Ø  Calung Gambang
Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada pinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang.




Ø  Calung Gamelan
Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari:
a.      Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang
b.      Jengglong calung terdiri dari 6 batang
c.      Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung
d.     Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang
e.      Kendang
Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo ilo Gondang.

MOTIF PUKULAN
Ada beberapa motif pukulan dalam memainkan calung, yaitu: dimelodi, dikeleter, dikemprang, diraeh, dicaruk, dirincik, diracek, salancar dan dikotrek.
PERKEMBANGAN
Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang merupakan prototipe dari angklung yang cara menabuhnya berbeda dengan angklung , cara menabuh calung yaitu dengan memukul-mukul batang ( wilahan ) dari ruas-ruas atau tabung bambu yang tersususn menurut titi laras ( tangga Nada ) penta tonik ( da mi na ti la da ) Ada dua bentuk calung Sunda yaitu calung rantay dan calung Jinjing waditra calung jinjing terbuat dari bahan bambu hitam ( awi hideung) dan seperangkat calung jinjing yang digunakan da;lam pertunjukan biasa bertangga nada Salendro ( bertangga nada Pelog ) serta Madenda ( nyorog ) wadrita calung jinjing merupakan perkembangan dari bentuk calung Rantai/ calung Gambang , calung dalam bentuk ini sudah merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan .calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay ini telah dibuat dalam empat bagian bentuk wadrita yang terpisah , keempat buah wadrita terpisah ini memainkan dengan cara dijinjing oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda .
Wadrita calung terdiri dari 1 Kingking, 2 Panepas, 3 jongong, 4 gonggong sedangkan calung kingking jumlahnya limabelas nada / oktaf dala nada yang paling kecil ( teringgi )Calung Panepas jumlahnya lima potong untuk lima nada (1Oktaf) nadanya merupakan sambungan nada terendah calung kingking dan dari lima nada tersebut ada yang yang dibagi dua ada yang digorok ( disatukan jongjong seperti halnya panepas yang berbeda hanya nadanya yang lebih rendah dari panepas ) nada panepas bentuknya selalu tinggi dibagi dua yaitu 3 potong untuk nada berturut-turut dari yang tinggi , dua potong untuk dua nada lanjutan.
Calung Gonggong merupakan calung yang paling besar jumlahnya hanya  dua bumbung yang disatukan keduanya dalam nada rendah diantara keseluruhan calung . Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal adalah calung jinjing .Calung yang perkembangannya lebih mengarah pada kecalung dangdut  ( caldut) lagu maupun musiknya ditambah drum, gitar, keybord dan memakai tata lampu untuk pertunjukannya. Di Kabupaten Bandung yang  tercatat   di Dinas Kebudayaahn dan Parawisata tersebar di Kecamatan maupun di desa-desa kurang lebih 40 group diantaranya Marahmay, Oces, Cinde agung, Sinar Pasundan, Mitra Siliwangi, Calawak Group, Mekar wangi, Gentra Priangan, Dangdiang, sariak layung dll.
FUNGSI CALUNG
Tentunya berbagai alat musik yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda-beda.Pada awalnya, calung berfungsi sebagai sarana upacara ritual masyarakat sunda.Calung difungsikan sebagai alat pengiring dalam upacara adat seperti mapag sri.Selain sebagai media upacara ritual, calung pun berfungsi sebagai alat hiburan dan seni pertunjukan.

Dalam perkembangannya, fungsi calung bergeser pada fungsi yang terakhir, yakni sebagai seni pertunjukan.Sebagai seni pertunjukan yang menggunakan alat pokok calung, calung telah melahirkan beberapa seniman.Kita lihat saja seniman asal Jawa Barat, Hendarso (Darso), yang menunjukkan bakat seninya yang diiringi dengan calung. Sebenarnya, para inohong Sunda sangat bergembira dengan munculnya Darso.Darso telah dianggap mempopulerkan calung sebagai alat musik tradisional sunda.
Gaya seni pertunjukan Darso ternyata telah merasuk kepada para penerus musik tradisional sunda.Untuk mengikuti perkembangan zaman, sekarang calung telah dipadukan dengan jenis musik tertentu, yakni dangdut. Ada sebutan yang menarik bagi jenis musik calung ini, yaitu caldut (calung dangdut).