Wilujeng Sumping

Ulah mopohokeun diri maneh nu asal !!!!

Rabu, 21 September 2011

Jati diri Manusia

I. Pendahuluan
Memahami manusia melalui akal manusia saja akan menyebabkan kesesatan. Hal ini disebabkan karena manusia mempunyai berbagai keterbatasan dalam memahami dan mengenal dirinya dengan benar. Selain itu, sifat sombong dan merasa dirinya hebat adalah sifat manusia yang menghalanginya untuk mencapai kebenaran hakiki. Kesalahan yang terjadi pada berbagi teori tentang manusia tidak diakui oleh para pencetusnya. Bahkan sebagian besar pengikutnya tetap mendukung teori yang salah itu dengan menjadikannya sebagai landasan kehidupan, rujukan dan model gaya hidup manusia untuk saat ini. Hal ini mengakibatkan munculnya kerusakan dimana-mana.   
Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari ruh dan tanah yang dilengkapi dengan potensi hati, akal dan jasad. Potensi manusia memiliki kelebihan dan keutamaan dibanding makhluk lainnya. Dengan hati manusia berniat, dengan akal manusia berilmu dan dengan jasad manusia beramal. Kelebihan dan kemuliaan manusia ini disediakan untuk menjalankan amanah beribadah dan menjalankan fungsi khalifah di muka bumi. Peranan dan tugas yang dilakukan ini akan mendapatkan balasan yang sesuai.
Setelah mengenal Allah sebagai pencipta manusia, maka untuk memantapkan keyakinan kepada Allah diperlukan pengenalan kepada manusia.
II. Proses Penciptaan Manusia
Hal-hal yang diperlukan dalam proses penciptaan manusia adalah sebagai berikut:
1. Manusia diciptakan oleh Allah dengan proses yang sangat menakjubkan. QS. Al Mu’minuun (23) :12-14
2. Selama hidupnya manusia mengalami beberapa masa. QS. Al Hajj (22) : 5
3. Kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia:
a. Diangkat sebagai khalifah di muka bumi. QS. Al Baqarah (2) : 30-32
b. Diberikan bentuk yang terbaik. QS. At Tiin (95) : 4, QS. At Taghaabun (64): 3
c. Dilengkapi dengan perangkat yang menunjang. QS. As Sajdah (32) : 8-9, QS. Al Israa (17) : 70
d. Diberikan kekuasaan untuk menundukkan alam. QS. Al Jaatsiyah (45) : 12-13, QS. Luqman (31) : 20
III. Potensi Manusia
Manusia sebagai khalifah dapat menggunakan potensinya untuk memelihara alam. Khalifah adalah yang diamanahkan untuk membangun dan memelihara alam, bukan sebagai pemilik segalanya. Khalifah harus menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, bukan membuat jalan sendiri dan tidak menentang peraturan-peraturan yang telah diperintahkan.
Potensi yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:
1. At Thoqoh (potensi)
Allah SWT memberikan kelebihan dan keutamaan kepada manusia dengan pendengaran (As Sam’u), penglihatan ( Al Bashor) dan hati (Al Fu’ad), QS. Al Mulk (67) : 23
Potensi ini kadang tidak disyukuri manusia. Bahkan ia sering menggunakan matanya untuk melihat yang haram, serta hati yang digunakan untuk membenci, dendam dan berprasangka buruk kepada orang lain. Pernahkah kita membayangkan seandainya kita tidak dapat melihat atau mendengar, hal ini tentu akan menyusahkan kita.
Penglihatan, pendengaran dan hati diberikan oleh Allah SWT untuk mengantarkan manusia memahami apa yang Allah perintahkan dan membawanya ke surga. Dengan tidak digunakan potensi yang telah Allah berikan, maka mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka menjadi orang-orang yang lalai. Bahkan Allah telah jadikan neraka jahanam untuk kebanyakan dari jin dan manusia, karena mereka tidak memanfaatkan potensi yang telah dianugerahkan Allah untuk hal-hal yang diperintahkan-Nya. Sehingga patutlah kita bersyukur kepada Allah dengan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. (QS. Al A’raaf (7) : 179)
2. Al Mas’uliyah (kepemimpinan)
Manusia dengan kelebihan dan potensi yang diterimanya perlu bertanggung jawab dan menyadari tugas serta peranannya. Tugas tersebut adalah beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian, tidak semua manusia bersedia menerima tugas ini. Sebagian ada yang menerima dan sebagian lagi menolaknya. (QS. Al Baqarah (2) : 21, QS. Adz Dzaariyaat (51) : 56)
3. Al Amanah (Amanah)
Manusia telah ditawarkan oleh Allah sebuah amanat untuk menjadi khalifah, yang kemudian diterima oleh manusia untuk memikul amanat tersebut.
Langit, bumi dan gunung-gunung menolak amanat tersebut, tetapi manusia menerimanya. Amanat merupakan beban dan sekaligus suatu tanggung jawab bagi yang menerima amanat. Amanat yang diterima oleh manusia adalah  amanat kekhalifahan. (QS. Al Ahzab (33) : 72, QS. An Nuur (24): 55, QS. Al Fath (48) : 29)
IV. Bekal Hidup Manusia
Allah memberikan tiga bekal hidup manusia, yaitu:
1. Potensi Jasmani
Allah menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. (QS. Al Mulk (67) : 15, QS. Ibrahim (14) ; 32-34, QS. Al Jaatsiyah (45) : 13).
2. Potensi Akal
Allah menciptakan akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar manusia dapat memahami/memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya berupa memakmurkan bumi (sebagai khalifah). (QS. Al Baqarah (2) : 31, QS. An Naml (16) : 78, QS. Al Israa (17): 12, QS. Al ‘Alaq (96):1-5)
3. Potensi Ruh
Allah menciptakan manusia yang membutuhkan petunjuk dan hidayah agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan di akhirat. (QS. An Nahl (16) : 36)
Referensi :
1. Ma’rifatul Insan, DR. Irwan Prayitno
2. Modul Rohani Islam Asy Syifaa, Bid. Da’wah Lembaga Pembinaan Generasi Muslim


Ada Dua Aku Dalam Diri Manusia..
Menanggapi tulisan pak Katedra tentang “Aku siapa, dan siapa Aku,? kemudian ada tanggapan yang menyatakan setelah mati, fisik kembali menjadi tanah, dan roh masuk sorga, lalu “Aku Kemana,.?” Untuk menjawab kedua peretanyaan diatas memerlukan penjelasan yang lebih dalam.
Manusia saya umpamakan seperti seorang penari ” Legong” naik ditas panggung, menari sesuai dengan irama gambelan, ditonton oleh banyak orang. Setelah tariannya selesai, penari turun panggung, pakain legongnya dilepas, ganti pakain dengan baju kaos dan jelana jeans, lalu keluar dari kamar ganti . Penonton bertanya, “legongnya kemana,..?
Pertanyaan pak Katedra diatas, sama dengan pertanyaan penonton, mana legongnya,..? aku ini siapa, siapa aku ini,..? kalau orang mati, artinya tariannya sudah selesai, pakain legongnya masuk rancel, penarinya pakai kaos dan jeans, lalu legongnya kemana,..?
Legong adalah suatu kepribadian “semu” dia hanya ada sesaat pada waktu pentas diatas panggung. Kalau pak Katedra bertanya “Aku Ini Siapa,..? sama dengan legong bertanya diatas panggung , aku adalah legong, lalu “Ayu ” kemana,..? Ayu adalah nama penarinya.
Pak Katedra adalah seorang penari legong yang sedang kebingungan diatas panggung, dia bertanya, aku ini legong atau katedra. Kita semua yang berada dalam “alam maya” ini adalah penari-penari yang sedang menari diatas panggung.. Semua yang anda lihat dengan “mata maya” anda adalah semu. Pohon2, gedung2 bertingkat, semuanya adalah dekorasi alam maya, setelah pesta selesai semua dekorasi itu akan dimusnahkan.
Penari2 yang tidak menyadari dirinya yang asli, menyebutkan “selesainya pesta” disebut hari kiamat, karena semua penari kembali kepada jati dirinya. Selanjutnya timbul pertanyaan siapa sebenarnya “jati diri manusia” Sama dengan pertanyaan penari Legong, siapa Ayu?
Pada watu selesai pesta, mereka yang mengenal jati dirinya, misalnya Ayu kembali memakai pakaian jean dan baju kaos, tetapi penari lainnya yang tidak mengenal jati dirinya, tetap memakai pakain penari disimpan dalam peti bersama dekorasi panggung, artinya mereka dikembalikan kepada alam material, yaitu alam kegelapan yang disebut neraka, tetap Ayu yang sadar akan dirinya berada dalam alam kesadaran yang disebut Sorga.
Kita ambil contoh almarhum Sukarno dan Suharto. Pada akhir pentasnya, mereka sadar kostum penarinya akan dilepas, pak Harto pernah bilang, akan menjadi pandito, tetapi pak karno memang sudah menjadi pandito, yaitu orang yang mengenal jati dirinya, seperti para resi2 jaman dulu. Kondisi pandito itu ditunjukkan oleh sikap beliau yang logowo menerima kenyataan, beliau sudah melepas kostum Sukarno, maupun Suharto pada akhir pentasnya
Pada waktu kostum Sukarno dan Suharto dilepas, beliau memakai kostum aslinya yaitu kesadaran, mereka menyatu dalam alam kesadaran yang disebut sorga. Beda dengan Basyir, sudah tua masih menghujat dan mendendam, batinnya dipenuhi oleh kedengkian, sehinga sangat sulit untuk mengenal jati dirinya. Akhir pesta dia idak bisa melepas kostumnya, sudah melekat kuat pada jati dirinya, sehingga dia dikubur bersama kostumnya di alam kegelapan.
Kembali kepada pak Katdra yang sudah berusaha mencari jati dirinya, adalah usaha yang bagus, diatas pentas kita tetap menari mengikuti irama gambelan, tetapi kta harus tetap jaga kesadaran kita, orang jawa bilang kita harus tetap “Eling”
Untuk menemukan jati diri itu, satu-satunya cara yang saya tahu ialah menyelami diri sendiri, masuk kedalam keheningan bathin yang paling dalam, hal ini disebut “Meditasi” Yesus sebut jalan sempit. Jalan lebar ialah sembahyang atau berdoa yang diajarkan agama hakikatnya ialah menghirup udara sorga, manfaatnya ialah membersihkan bathin, merupakan langkah awal untuk mencari jati diri. Sama dengan tingkat TK, menyanyi dan bermain adalah langkah awal belajar bagi anak2. Kalau sampai tua kita hanya menyanyi dan bermain, kapan kita akan menjadi sarjana,.? (madeteling@plasa.com)

Liku-liku kehidupan yang kita jalani dalam kehidupan hanyalah semu. Gagsan-gagasan tentang liku-liku kehidupan yang masih menempel di dalam hati bisa menyebabkan kegelapan kalbu. Jika hati menjadi gelap, tidak mungkin dapat memancarkan cahaya. Sinar keimanan tidak dapat menembus hati, dan hatipun menjadi gelap.

Agar hati dapat bercahaya dan dapat mengenal keajaiban-keajaiban Allah maka yang harus diperhatikan adalah goresan tentang dunia yang dipandang oleh mata yang kemudian menempel di dalam hati haruslah disingkirkan. Hal itu merupakan belenggu nafsu. Selama nafsu membelenggu hati, maka jangan diharapkan sampai kepada Allah. Jangan berharap dapat melihat keajaiban-keajaiban yang menjadi milik Allah.

Hendaklah kita membersihkan jiwa dari kesalahan-kesalahan baik kesalahan terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia. Orang yang mempunyai kesalahan diibaratkan dia sedang menanggung junub, yaitu hadas besar yang dapat disucikan bila yang bersangkutan mandi terlebih dahulu. Adapun mandi dari kesalahan adalah dengan bertaubat.

Orang yang mengharapkan ilmu Allah, yang mana dengan ilmu itu dapat menyingkap segala hal yang gaib haruslah bertaubat dan bertaqwa. Orang yang bertaqwa tidak mungkin melakukan perbuatan buruk dan rendah. Karena taqwa dan perbuatan maksiat merupakan dua hal yang bertolak belakang. Maka mustahil dua hal itu dapat bertemu.

Janganlah kita menuruti keinginan-keinginan yang melantur setinggi langit. Gagasan atau keinginan yang bermuara pada penguasaan harta benda, kenikmatan dan jabatan duniawi. Jika kita mengumbar keinginan yang sejatinya memiliki nilai rendah, maka tak mungkin dapat menajamkan mata hati kita. Dan jangan harap menggunakan mata hati untuk menyikap perkara gaib. Oleh karena itu hakekat dunia tidak dapat di dekati dari luar, sebab pendekatan dari luar hanya memberi pengetahuan yang tampak saja, tidak memberi pengetahuan tentang hakekat dunia itu. Jikalau kita ingin tahu tentang hakekat yang sebenarnya dari dunia ini, kita harus memasuki diri kita sendiri.

Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan sadar dan mengerti tentang kemampuan, karakter, potensi dan kekurangan yang dimiliki di bumi mana ia bertempat serta berdiam diri. Dengan pencapaian kesadaran itu pula, setiap individu yakin akan adanya kekuatan, kekuasaan Maha Besar yang berada jauh dibandingkan dengan dirinya.

Dialah Allah Tuhan pencipta alam, sumber dari segala yang tiada menjadi ada. Tidak dapat dilihat sebab tak berwujud seperti alam dan manusia. Namun dapat dirasakan melalui hati, akal dan fikiran bahwa segala sesuatunya tercipta tidaklah terjadi secara kebetulan. Semuanya melalui proses tiada sebelum ada. Keberadaan alam dan manusia adalah bukti adanya Allah. Ada atau tidak adanya alam dan manusia, Allah tetap ada. Hanya saja, kita mengetahui adanya Allah setelah kita ada.

Keabadian dan kesempurnaan hanya milik Allah. Karena Allah bukan seperti alam dan manusia yang diproses. Teori abiogenesis dan biogenesis dapat kita jadikan untuk menelusuri dan menjelajahi jejak pemula dan kelanjutannya dari penciptaan manusia pertama Adam dan Hawa.
Adam diciptakan dari tanah, Hawa diciptakan dari bagian dirinya sendiri, tulang rusuk Adam. Dari sini populasi perkembangan manusia dimulai, bermigrasi, bertransisi, hilang punah dan berganti. Setelah hampir seluruh bumi terisi dan didiami oleh manusia, terbentanglah pemandangan keragamanan dan perbedaan diantara sesama makhluk yang namanya manusia. Fisiknya, kultur dan bahasanya, bahkan sampai kepada warna kulitnya. Semuanya merupakan penampakan yang tak terlepas dari asal mula kejadian yang paling awal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar